JALURTENGAH.COM, PALOPO — Sejumlah aktivis yang tergabung dalam Gerakan Aktivis Mahasiswa (GAM) Luwu Raya menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Palopo, Senin (28/10/2025).
Aksi ini digelar bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, sebagai bentuk refleksi terhadap kondisi demokrasi dan pemerintahan Indonesia saat ini.
Dalam aksinya, massa membawa spanduk bertuliskan “Demokrasi Runtuh, Otoritarian Bangkit” dan menyalakan ban bekas di tengah jalan sebagai simbol perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai semakin mengekang kebebasan sipil.
Di tengah teriknya matahari, massa aksi secara bergantian berorasi, menyuarakan kekecewaan terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat kecil. Suara toa bergema di sepanjang jalan, mengundang perhatian masyarakat dan pengguna jalan yang melintas.
Jenderal Lapangan GAM Luwu Raya, Adit94m, dalam orasinya menegaskan bahwa momentum Sumpah Pemuda bukan sekedar seremoni tahunan, tetapi panggilan nurani bagi pemuda untuk mengingatkan penguasa agar tidak lupa pada amanat rakyat.
“Demokrasi bukan hanya soal memenangkan pemilu, tapi memastikan amanat rakyat dijalankan. Rakyat menaruh harapan besar agar kepemimpinan baru benar-benar mampu memperkuat pondasi ekonomi, menjaga kebebasan berpendapat, dan memperbaiki sistem pemerintahan yang makin semrawut,” tegas Adit94m di tengah orasi.
GAM Luwu Raya menilai, pemerintahan Prabowo–Gibran saat ini menunjukkan dinamika yang kompleks. Di satu sisi, ada capaian yang disorot, namun di sisi lain, kebijakan dan sikap sejumlah menteri dinilai serampangan serta jauh dari kepentingan rakyat.
Mereka juga menyoroti tindakan represif aparat terhadap massa aksi pada Agustus–September 2025, yang mengakibatkan korban jiwa dan penangkapan terhadap ribuan mahasiswa serta masyarakat sipil di berbagai wilayah Indonesia.
“Penangkapan tanpa surat, pemukulan, dan proses hukum yang dipaksakan hanya karena menyampaikan pendapat, itu bukti nyata bahwa demokrasi kita sedang sekarat,” ujar Adit lagi.
Melalui aksi ini, GAM Luwu Raya menyampaikan tiga tuntutan utama, yakni:
- Mendesak pemerintah menciptakan ruang demokrasi tanpa kriminalisasi.
- Membebaskan seluruh massa aksi yang ditangkap.
- Mendesak realisasi tuntutan rakyat 17+8 secara menyeluruh.
Aksi berlangsung tertib dengan pengawalan dari aparat kepolisian setempat. Setelah menyampaikan pernyataan sikap, massa aksi membubarkan diri dengan tertib sambil meneriakkan yel-yel perjuangan GAM.
Menutup aksinya, Adit94m menegaskan bahwa perlawanan pemuda tidak akan berhenti pada satu momentum saja.
“Kita adalah anak-anak bangsa yang lahir dari rahim perlawanan. Jika ruang demokrasi dipersempit, maka jalanan akan kembali menjadi tempat ban bekas, kobaran api,dan rakyat bersuara,” tutupnya.






